Budaya
atau perilaku boros sangat merugikan kehidupan
manusia, baik hidup di dunia, maupun di akhirat. Lalu bagiamanakah langkah nyata
untuk melawan budaya dan perilaku boros agar tidak mewabah bagi umat Islam?
Berikut ini ulasannya.
Cara Rasulullah
SAW
Agama
Islam, melalui Rasulullah SAW mengajarkan hidup hemat, tidak boros. Beliau
tidak hanya mengajarkan dengan lisan, bahkan memberi teladan lebih dulu dengan
menjalankan gaya hidup yang sangat sederhana.
Dalam hal
ini makanan misalnya, Rasulullah SAW bersabda, "Apabila suapan salah seorang
diantara kamu sekalian itu terjatuh maka ambillah dan bersihkan kotoran yang
melekat padanya serta makanlah dan janganlah ia mengusap tangannya dengan sapu
tangan (mencuci tangan) sebelum ia menuntaskan sisa-sisa makanan yang menempel
pada jari-jarinya karena sesungguhnya ia tidak mengetahui bagian manakah itu
yang mengandung berkah" (Riwayat
Muslim).
Hadits
diatas memberikan isyarat bahwa sesuatu yang masih dapat memberikan manfaat
untuk kehidupan ini maka tidak boleh disia-siakan, seperti contoh makanan yang
masih menempel pada jari-jari tangan seseorang, sebelum dicucui hendaklah
dijilat atau dimakan sisa-sisanya terlebih dahulu.
Cara Para
Sahabat
Para
Sahabat Radhiyallahu 'anhum adalah orang-orang yang paling sempurna dalam
meneladani Nabi SAW, khususnya dalam makan dan pakaian, sebagaimana perkataan
Ibnu 'Abbas, "Makanlah
apa yang kamu inginkan, dan pakailah apa yang kau inginkan, selagi tidak
menimpa kamu dua perkara, yaitu sikap berlebih-lebihan dan sombong" (Riwayat Bukhari 4/53)
Berlebihan
dalam hal makan dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit, bahkan kebiasaan
seperti itu sangat dicela oleh Nabi SAW. Diceritakan oleh al-Miqdam bin Ma'diy
Karib, Rasulullah SAW bersabda, "Tidak
ada yang lebih jelek dari satu bejana yang diisi penuh oleh anak cucu Adam
selain dari perut. Cukuplah bagi anak cucu Adam makanan yang akan menegakkan
tulang sulbinya. Kalau memang harus diisi, maka isilah sepertiganya untuk
makanan, sepertiganya untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas". (Riwayat At-Tirmidzi)
Pemborosan
artinya membelanjakan atau mengeluarkan harta, tanpa memiliki manfaat dan
kegunaan. Orang yang broso biasanya membeli barang-barang tanpa perhitungan,
bahkan banyak yang menjadi sampah belaka.
Sifat boros
bukan hanya terdapat pada harta, tetapi dapat juga terjadi dalam hal lain.
Misalnya boros dalam penggunaan tenaga, boros dalam penggunaan listrik, boros
dalam memakai air, melakukan suatu hal yang tidak bermanfaat, dan
membuang-buang waktu.
Cara Ulama
Sesungguhnya
para ulama yang paling faham tentang bagaimana Allah SWT dan Rasulullah SAW
serta para sahabatnya melarang kepada umatnya supaya tidak boros dan
berlebihan.
Salah
seorang ulama terkemuka, Imam An-Nawawi, menerangkan alasan utama mengapa dilarang
menghambur-hamburkan harta. Beliau berkata, "Sesungguhnya
pemborosan harta akan menyebabkan orang meminta-minta apa yang dimiliki orang
lain. Sedangkan pada pemeliharaan harta terkandung kemaslahatan bagi dunianya.
Adapun kestabilan maslahat duniawinya akan berpengaruh pada kemaslahatan
agamnya. Sebab dengannya, seseorang dapat fokus dalam urusan-urusan
akhiratnya" (Syarhun-Nawawi,
6/11).
Namun
yang lebih urgen adalah bahwa sesungguhnya setiap perbuatan memiliki
konsekuensi di hadapan Allah SWT karena setiap perbuatan akan dimintai
pertanggug jawabannya seperti perkataan Abu Barzah Al-Aslamiy bahwa Nabi SAW
bersabda, "Tidak akan
bergerak dia telapak kaki seorang hamba pada hari Kiamat, sampai ditanyakan
kepadanya tentang umurnya, untuk apa saja dia habiskan, tentang ilmuunya pada
apa dia lakukan, tentang hartanya darimana dia hasilkan dan pada apa dia
belanjakan" (Tafsir
Ibnu Katsir, 10/322)
Cara
Praktis Melawan Perilaku Boros
1.
Membenci perilaku setan
Allah SWT
amat murka dengan orang-orang yang boros. Sampai-sampai, dalam Al-Qur'an surat
Al-Isra ayat 26 dan 27, Dia menyebutkan mereka sebagai saudara-saudara setan.
2. Tidak
untuk kesombongan
Ibnu
'Abbas berkata, "Makanlah apa yang kamu inginkan, dan pakailah apa yang
kamu inginkan, selagi tidak menimpa kamu dua perkara, yaitu sikap
berlebih-lebihan dan sombong" (Tafsir
Ibnu Katsir, 6/288)
3. Takut
siksa api neraka
Nabi SAW
bersabda, "Sesungguhnya
kaum lelaki terlalu menceburkan diri mereka pada harta Allah, bukan pada
kebenaran, maka bagi mereka neraka di hari Kiamat" (Riwayat Bukhari)
4.
Menghindari berlebihan air sekalipun dalam berwudhu.
Dari
'Amri bin Syu'aib, dari bapaknya, dari kakeknya, berkata,"Telah datang
seorang Arab Badui kepada Nabi SAW bertanya tentang wudhu. Maka Nabi SAW
menunjukkan kepadanya cara wudhu, (masing-masing anggota tubuh) tiga kali
(basuhan), kemudian beliau bersabda, 'Beginilah wudhu, maka barangsiapa yang
menambah dari ini sungguh dia telah jelek dan melampaui batas serta zalim" (Riwayat An-Nasa'i).
5.
Mengamalkan hidup sederhana
Allah SWT
memuji hamba-hamba-Nya yang bersifat sederhana. "Dan orang-orang yang
apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir,
dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian" (QS AL-Furqan :67)
Imiam
Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut dengan mengatakan, "Dan orang-orang yang
mebelanjakan hartanya dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir, artinya
mereka tidak bersikap boros dalam membelanjakan harta mereka dalam bentuk
membelanjakannya melebihi hajat, dan tidak juga mereka bakhil kepada keluarga
mereka dalam bentuk mengurang-ngurangi haq mereka, tidak mereka tahan-tahan,
bahkan dengan bentuk adil dan yang terbaik, sebab sebaik-baik perkara adalah
yang paling menengah, bukan ini dan bukan pula itu" (Tafsir Ibnu Katsir, 10/322).
6.
Membelanjakan harta di jalan Allah bukan pemborosan
Infaq
(nafkah) yang dikeluarkan dalam kebenaran tidak dikatakan sebagai pemborosan.
Berkata Al-Imam Mujaahid,"Kalau seandainya seorang manusia
membelanjakan seluruh hartanya pada kebenaran (maka) bukan dikategorikan
sebagai sifat boros, dan kalau dia membelanjakan hartanya walaupun satu mud,
tetapi bukan dalam kebenaran maka dikatakan sebagai pemborosan". (Tafsir Ibnu katsir, 3/36).
Berhemat
tidak sama dengan kikir. Orang yang berhemat tidak menghambur-hamburkan harta
untuk keperluan yang tidak penting. Orang yang kikir adalah orang yang susah
mengeluarkan uangnya kecuali terpaksa.
Sumber :
Suara Hidayatullah