Hidup mungkin tidak akan seperti yang kita
rencanakan, kita hanya bisa berencana, yang menentukan semua hanya Allah. Sehebat apapun kita merancang segala
sesuatu, namun akan persis seperti yang Allah tentukan. Sesungguhnya Dia adalah perencana yang lebih baik, panduan yang
terbaik. Allah tidak pernah meninggalkan kita dengan tangan kosong, Dia akan
menggantikan semua yang telah hilang, dan jika Allah meminta kita untuk meletakkan sesuatu,
itu karena Dia ingin kita untuk mengambil
sesuatu yang lebih baik
lagi.
Dibalik serangkaian rencana yang telah
kita persiapkan, seringkali kita meniadakan Allah sebagai penentu segalanya.
Terkadang Kita lupa menyeleraskan rencana kita dengan rencana Allah SWT.
Alangkah indahnya jika rencana kita diridhoi oleh Allah SWT atau rencana kita sesuai dengan rencana Allah SWT, sebab Allah tak pernah ingkar janji. Agar rencana
kita bisa sesuai dengan rencana Allah, maka kita harus dekat dan dekat dengan
Allah SWT.
Dari Abul ‘Abbas ‘Abdullah bin ‘Abbas ra
ia mengatakan, “Pada suatu hari aku pernah dibonceng dibelakang Nabi Shalallahu
‘Alaihi Wassalam, lalu beliau bersabda,
“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan
kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah
Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon,
mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah
pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul
untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat
kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya,
jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka
tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah
tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering’.” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata, Hadist ini hasan shahih).
Adalah manusiawi apabila kita butuh keberhasilan, rezeki
halal nan barokah, bermanfaat bagi semua orang, terhindar dari mudhorat dan
segala bala'. Untuk mencapai semua itu, kita butuh uang, waktu dan tenaga,
bahkan tak jarang kita mengharapkan bantuan orang lain, mencari pertolongan
disana sini demi tercapainya satu tujuan. Hanya saja seringkali manusia lalai
berkonsultasi dengan Allah sebelum berencana. Mendahulukan urusan dunia
daripada Allah, tak peduli Allah ridho atau tidak dengan itu semua. Padahal,
adakah jaminan keberhasilan tanpa seijin pemilik manusia itu sendiri? Bukankah
bumi ini milik Allah, rejeki yang kita makan adalah dari Allah, kenyataanya
kita sering tidak mendahulukan Allah. Semua ingin diambil dan dikuasai tanpa
seijin pemilikNya.
Banyak keberhasilan dan rejeki tertunda,
tidak sedikit bala' dan bencana melanda. Bahkan ada juga yang menganggap bahwa
Allah tidak adil dikarenakan menyaksikan para ahli maksiat dan pendosa yang
jauh dari Allah selalu dilancarkan kebutuhannya. Sungguh materi dan dunia
sering membutakan mata hati manusia. Allah melancarkan rejeki terhadap hamba
yang tidak taat padaNya, karena dengan materi itulah Allah akan mudah
menghantarkannya pada gerbang kehancuran dan membukakan pintu neraka
selebar-lebarnya untuk mereka.
Takutlah kita bila Allah sudah tidak ridho
dan murka. Kesulitan, kekacauan dan kegalauan hidup disebabkan lebih banyak
mengandalkan kemampuan dan pertolongan manusia daripada Allah. Jagalah Allah
agar senantiasa Dia bersama kita dalam semua keadaan. Ringankan tangan untuk meminta apa saja
darinya, kalau bukan Dia, siapa lagi? Kita dijadikan mampu mengasihi dan
berbagi karena Allah lebih dulu mengasihi kita.
Kalau kita sadar bahwa kita berharga
dimata Allah, maka kita tidak akan mencari penghargaan dan penghormatan dari
manusia. Kita tidak akan berusaha mengejar prestasi supaya mendapat
penghormatan orang, tapi kita akan melakukan segala sesuatu yang berkenan pada
Allah, semata-mata karena Allah tanpa harus takut akan apa kata manusia. ALLAH
menjadi sumber jalan keluar dari semua persoalan hidup, karenanya dahulukan
Allah SWT sebelum urusan dunia, hanya Dia tempat jaminan kekuatan, tempat
meminta perlindungan dan
sumber penghidupan.
Do’a Meminta Ketakwaan dan Sifat Qona’ah
اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى
، والعَفَافَ ، والغِنَى
“Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal
‘afaf wal ghina.” Artinya: Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk,
ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf dan ghina.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
أنَّ
النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يقول : (( اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ
الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa
membaca do’a: “Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina”.”
(HR. Muslim no. 2721)
Faedah hadits:
Pertama: Yang dimaksud dengan “al
huda”
adalah petunjuk dalam ilmu dan amal. Yang dimaksud “al ‘afaf”
adalah dijauhkan dari yang tidak halal dan menahan diri darinya. Yang dimaksud
“al
ghina”
adalah kaya hati, yaitu hati yang selalu merasa cukup dan tidak butuh pada
harta yang ada di tangan orang lain.
An Nawawi –rahimahullah- mengatakan, “ ’Afaf
dan ‘iffah bermakna menjauhkan dan menahan diri dari hal yang tidak
diperbolehkan. Sedangkan al ghina adalah hati yang selalu merasa cukup dan
tidak butuh pada apa yang ada di sisi manusia.” (Syarh Muslim,
17/41)
Kedua: Keutamaan meminta
petunjuk ilmu sekaligus amal karena yang dimaksud al huda
adalah petunjuk dalam ilmu dan amal.
Ketiga: Keutamaan meminta
ketakwaan. Yang dimaksud takwa adalah menjalankan perintah dan menjauhi
larangan Allah. Takwa diambil dari kata “wiqoyah” yang maknanya melindungi,
yaitu maksudnya seseorang bisa mendapatkan perlindungan dari siksa neraka hanya
dengan menjalankan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan.
Keempat: Keutamaan meminta sifat ‘afaf
atau ‘iffah
yaitu agar dijauhkan dari hal-hal yang diharamkan semacam zina. Berarti do’a
ini mencakup meminta dijauhkan dari pandangan yang haram, dari bersentuhan yang
haram, dari zina dengan kemaluan dan segala bentuk zina lainnya. Karena yang namanya
zina adalah termasuk perbuatan keji.
Kelima: Keutamaan meminta pada
Allah sifat al
ghina
yaitu dicukupkan oleh Allah dari apa yang ada di sisi manusia dengan selalu
qona’ah, selalu merasa cukup ketika Allah memberinya harta sedikit atau pun
banyak. Karena ingatlah bahwa kekayaan hakiki adalah hati yang selalu merasa
cukup. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ
الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan
banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah hati yang selalu merasa
cukup.”
(HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051)
Keenam: Dianjurkannya merutinkan
membaca do’a ini.
Allah.....Allah....Allah.....