Awal
kehamilan
Tiga
bulan pertama usia mengandung adalah masa-masa yang rentan bagi ibu
hamil. Banyak ‘pantangan’ yang harus di hindari, benih yang baru saja
dibuahi belum begitu pekat menempel pada dinding rahim. Jika
sedikit saja terkena tekanan atau hentakan, tidak menutup kemungkinan benih itu
jatuh dari dinding rahim dan mengalami keguguran.
Cara
melangkahkan kaki pun, diatur dengan sangat pelan, bagai berjalan diatas
kubangan lumpur yang licin. Berjalan kaki terlalu jauh, sang ibu mulai
menghindarinya. Apalagi berlari,, manaiki tangga, mengangkat beban yang berat,
bahkan melayani sang suami pun, sang istri pun harus sangat mengaturnya
agar tidak terlalu sering.
Bukan
hanya hal-hal yang berhubungan dengan fisik saja, emosi sang ibupun diatur
sedemikian rupa. Perasaan-perasaan negatif yang
muncul dalam dada sang ibu, menjadi tidak kalah bahayanya bagi kehamilan
mudanya. Perasaan kecewa, marah, sedih, takut, dan lain sebagainya, berdampak
langsung terhadap kandungan. Itulah gambaran sang
ibu waktu hamil muda.
Berbarengan
dengan kondisi seperti itu ‘penyakit dadakan’ menerpa sang ibu, baik fisik
maupun psikologis, mual, lemas, tidak nafsu makan, menyukai buah yang masam,
sakit kepala, penglihatan berkunang-kunang, merupakan contoh perubahan fisik
yang terjadi. Secara psikologis saat itu sang ibu mejadi cepat marah,
mudah tersinggung, suka cemburu, manja dan lain sebagainya. Hal itu terjadi
karena ada perubahan keseimbangan fungsi hormon dalam tubuh. Kesabaran yang
ekstra ketat sangat dibutuhkan dalam kondisi seperti itu. Sedikit saja perasaan
putus asa terlintas dalam benaknya, bisa berpengaruh terhadap
kelangsungan kehamilannya.
Tengah
kehamilan
Usia
kehamilan empat sampai enam bulan merupakan masa dimana
kandungan sudah mulai stabil, dan sang bayi yang ada dalam kandungan pun sudah
mulai bergerak. Makin lama gerakannya semakin terasa, bergeser kesana kemari,
bahkan menendang-nendang. Sang ibu
pun mengikuti perkembangan sang bayi , perut sang ibu, semakin buncit membesar.
Melewati
hari-hari dengan kondisi seperti itu, tentu akan terasa sangat membosankan. Jadwal kegiatan harian yang biasa dilakukan terpaksa harus ditunda.
Hanya rutinitas kecil didalam rumah saja yang bisa dilakukannya. Hari ke hari, terasa sangat lama dan panjang.
Tubuh
ramping hanya tinggal kenangan, pipi, pundak, dada, paha sampai betis tumbuh
menjadi gemuk mengimbangi perut yang semakin membesar. Beberapa potong pakaian
favorit tidak bisa lagi dikenakan. Semua teronggok didalam lemari pakaian, haya
daster yang bisa dikenakan.
Berat
badan pun meningkat dengan cepatnya. Pertumbuhan badan dan janin menjadi beban
tersendiri yang harus di pikul kemanapun, dan
dalam posisi apapun. Bila berdiri terasa melorot, bila terlentang terasa
menyesakkan dada, tengkurep dan jongkok tidak bisa dilakukan. Variasi istirahat
hanya bisa duduk dan tidur menyamping. Pegal menyamping kesebelah kiri berbalik
menyamping kesebelah kanan. Begitu seterusnya dilakukan dalam tempo
berbulan-bulan. Daya lentur tubuh menjadi terhambat. Setiap bagian tubuh hanya
mampu bergerak lambat.
Akhir
kehamilan masa yang menegangkan
Secara
rutin setiap bulan, sang ibu selalu memeriksakan kehamilannya di dokter
kandungan. Saran dokter bagai tuah yang tidak boleh dilanggar. Apapun yang
disarankannya, dengan suka rela ditaati, demi kesehatan dan kelangsungan
kehamilannya.
Menjelang
bulan kedelapan usia kehamilan, dokter memeriksa sang ibu dengan ultra
sonography (USG). Detakan jantung sang janin yang terdengar mendetuk-detuk,
memicu durasi detakan jantung sang ibu yang semakin mendebar. Tegang itulah
kondisi sang ibu saat itu. Hatinya menerka-nerka sebelum dokter mengucapkan
sesuatu. Normalkah janin yang ada dalam kandungan saya? Kira-kira itulah kalimat yang ada dalam benak sang ibu saat itu.
Ketegangannya sedikit terobati setelah dokter mengatakan bahwa janin yang ada
dalam kandungannya normal.
Namun
demikian, sang ibu pun masih berpikir bahwa itu bukan keputusan final. Tidak menutup kemungkinan besok lusa ada keputusan yang
berbeda. Keputusan terbenar hanya saat setelah bayi dilahirkan.
Kebahagiaan
ibu pada saat melahirkan
Sembilan
bulan sang ibu mengandung, ia lalui dengan penuh ketegaran dan kesabaran. Buah
kesabarannya adalah kebahagiaan saat sang bayi dilahirkan dengan selamat,
meski harus bergelut dengan kondisi yang
sangat-sangat sulit. Banyak yang bilang saat melahirkan nyawa seorang ibu sebagai taruhannya. Semua rasa (takut dan sebagainya) seakan sirna ditelan bumi,
diganti dengan rasa bahagia. Kesabaran ternyata tidak dijadikan satu-satunya
modal penantian datangnya kebahagiaan. Persiapan yang matang untuk mencapai
hasil yang optimal, ternyata juga dilakukannya. Sejak mempersiapkan
perlengkapan persalinan, tempat persalinan sampai nama terbaik bagi sang bayi.
Menghargai
pengorbanan-pengorbanan besar Ibu
SUBHANALLAH.. sungguh mulia perjuangan dan pengorbananmu
Ibu dalam melahirkan kami anak-anakmu. Sungguh tak akan mampu kami anakmu membalas setiap erangan sakitnya
engkau Ibu ketika melahirkan kami. Sungguh perjuanganmu melahirkan kami adalah salah satu jihad
terbesar dalam hidupmu, engkau Ibu mempertaruhkan dirimu sendiri demi anak yang
engkau nantikan. Sungguh bebal dan mati hati seorang anak yang tiada tersentuh
sedikitpun akan perjuangan Ibu ketika akan melahirkannya kedunia ini. Sungguh
tiada bersyukurlah seorang suami yang tidak menghargai pengorbanan istrinya saat
akan melahirkan anak mereka. Ibu
tiada pernah akan kami lupakan
pengorbanan-pengorbanan besarmu dalam melahirkan kami anakmu kedunia dan sampai
saat inipun engkau terus berkorban demi kebahagiaan kami, ya..ALLAH terimalah pengorbanan dan perjuangan
setiap Ibu yang berjuang dalam melahirkan anaknya dan beri balasan surga yang
engkau janjikan serta kumpulkan kami anaknya bersama-sama Ibu yang kami cintai
disurgamu kelak amin ya..RABBILLALAMIN..
dikutip dari komariyahadlah.blogspot.com dan pengalaman anak pertama